Senin, 23 Mei 2011

Bagaimana Mendeteksi Ajaran Menyimpang

1. pemimpin selalu benar

Kepemimpinan karismatik ini dilengkapi dengan gelar kehormatan dan berbagai julukan diciptakan tanpa pembuktian dari mana berasal. Ketika ditanyakan dimana, bagaimana dan kapan terjadinya gelar tersebut diraih, maka biasanya jawaban mereka mengelak dan berputar-putar sehingga mengaburkan jawaban sebenarnya.

Pemimpin akan mengklaim pengetahuan tertinggi berasal dari sutta, meditasi dan ayat-ayat tertentu dalam kitab untuk membenarkan  pemikiran dan tindakan mereka. Denga pola pikir tersebut, pemimpin itu merasa memiliki wewenang ilahi untuk mengajarkan orang bagaimana untuk hidup dan berprilaku, seperti pemimpin bermata dalam kerajaan orang buta.

2. tidak boleh ada pertanyaan

Pengikut ajaran menyimpang biasanya mengutip perkataan pemimpin mereka tanpa pernah menanyai. Jikapun ada pertanyaan kepada pemimpin mungkin dapat mengakibatkan sanksi atau ditinggalkan oleh pemimpin dan anggota lainnya. Bahkan "Kalama Sutta" bisa diputar sesuai interpretasi mereka. Salah satu ayat favoritnya adalah "...bila kamu sendiri tahu hal-hal ini yang baik, hal-hal ini tidak disalahkan, hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana, dilakukan dan diamati, hal-hal ini membawa manfaan dan kebahagiaan, maka masuk dan bergabunglah di dalamnya."

Masalahnya adalah para pengikutnya dari waktu ke waktu diberi label bahwa status mereka adalah "Pelajar Dhamma" berhubung karena ketidaktahuan mereka, maka perlu berlatih lebih tekun sebelum mereka dapat memutuskan untuk diri sendiri. Sehingga ini merupakan salah satu bentuk perintah persahabatan spritual kalyana mitra (hubungan khusus antara pengajar dan muridnya). Namun disayangkan para pengikut ajaran menyimpang cenderung memanfaatkan hubungan ini untuk tujuan mereka sendiri, bahkan mengarahkan pada sistim parasit terus menerus atau ketergantungan berlanjut. Ini merupakan anti-thesis dari hubungan simbolik yang terdapat pada Sangha dan pengikut awam yang diperlihatkan pada aliran utama.

3. seluruh dunia melawan kita

Kritikan publik dan teguran dari orang-orang yang terlihat lebih berpengetahuan atau terkemuka biasanya membuat pemimpin ajaran menyimpang menciptakan kondisi mereka sebagai kelompok yang tertindas. Pengikutnya secara terus menerus diingatkan bahwa mereka sedang diganggu oleh tangan yang tidak terlihat, oleh orang yang berwenang dan oleh orang-orang yang merasa iri terhadap aliran mereka. Cara mereka satu-satunya untuk menghadapi kekuatan ini adalah berkumpul bersama karena seluruh dunia sedang melawan mereka.

4. tidak ada orang lain yang benar

Pemimpin ajaran menyimpang percaya mereka memegang kekuasaan dari kebenaran pada metode pengajaran dan cara berlatih. Siapapun yang berkeinginan untuk menghadiri atau berkunjung ke kelompok Dhamma lain akan dijauhi oleh pengikut lainnya dan dianggap sebagai pengkhianat

5. eksploitasi keuangan

Ajaran menyimpang biasanya sibuk untuk mengumpulkan uang, baik dengan alasan untuk tujuan amal ataupun untuk membangun pusat perkumpulan mereka. Salah satu metode nya adalah menekankan pada ajaran "tanpa pribadi", "tanpa ego", "keserakahan", "kehampaan" dan kemudian menghubungkan dengan bagaimana kekayaan seseorang tidak begitu berarti terhadap kebaikan jika dibandingkan dengan orang yang mendermakan kekayaannya terhadap komunitas untuk penyebaran Dhamma. Kelompok ajaran menyimpang ini mengajarkan bahwa pengorbanan diperlukan untuk kebaikan organisasi lebih baik dibandingkan meletakan keuangan seseorang di tempat lain.

6. menggunakan ketakutan dan intimidasi

Ajaran menyimpang bergantung pada intimidasi pribadi dan publik untuk menjaga anggota mereka dalam jalurnya. Dalam ajaran Buddha, khususnya lebih menekankan pada pelatihan pikiran melalui meditasi yang merupakan bagian integral untuk pelatihan. Untuk individu yang masih lemah / menghadapi masalah pribadi untuk bisa bermeditasi, maka para pemimpin karismatik ajaran menyimpang mahir berempati dengan masalah ini.

Ketika pemimpin mereka marah dan menggunakan kata-kata kasar, mereka dijelaskan bahwa hal tersebut sebagai ekspresi "cinta dan kasih sayang". Beberapa pembenaran ini dengan memberi label pada respon agresif ini sebagai "persahabatan yang sangat akrab". Dan ketika anggota yang tadinya menjadi sasaran juga menjadi pelaku yang mengintai untuk berbuat yang sama, maka intimidasi menjadi lengkap. Ini merupakan psikologi hukum rimba yang berlaku.

Sebagai hasilnya, anggota dari kelompok ajaran menyimpang ini secara berkesinambungan menghadapi pertempuran dalam kelompok itu sendiri untuk mempertahankan keinginan mereka agar diterima dan status mereka dapat meningkat bergantung pada apa yang mereka lakukan. Dengan cara ini pemimpin ajaran menyimpang dapat menjaga kekokohan keanggotaan wajib dan ikatan pada organisasi mereka.


7. indoktrinasi

Hampir semua ajaran menyimpang dari ajaran Buddha menggunakan suatu teknik mengubah pikiran seperti meditasi, ketakutan pada guru, ketakutan pada karma jahat dan manipulasi emosional untuk mencuci otak para anggotanya untuk tetap tinggal.

Pemimpin tersebut mahir menusut hati nurani yang bersalah, sering bermain dengan pikiran yang bingung, dan memberikan konseling pribadi tentang pengamatan pembentukan mental setelah satu pertemuan.

Daripada mengarahkan pengikutnya memperkokoh pribadinya untuk menghadapi musuh internal di dalam pribadi, ajaran menyimpang malah menumbuhkan ide-ide pembebasan melalui dukungan komunitas, sehingga dengan demikian mengabadikan ketergantungan pada kekuatan eksternal.

sumber : How to spot a Buddhist cult

Minggu, 22 Mei 2011

Berkah dalam ajaran Buddha - MANGALA SUTTA (Sutta tentang Berkah Utama)

Demikianlah telah kudengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, dihutan Jeta di Vihara Anathapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta menghampiri Sang Bhagava, menghormat Beliau lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri disatu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair ini :

“Banyak Dewa dan manusia
Berselisih paham tentang berkah
Yang diharapkan membawa keselamatan;
Terangkanlah, apa Berkah Utama itu ? “

“Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana.
Menghormat mereka yang patut dihormat ,
Itulah Berkah Utama

Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama

Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan
Itulah Berkah Utama

Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan isteri
Bekerja bebas dari pertentangan
Itulah Berkah Utama

Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela
Itulah Berkah Utama

Menjauhi, tidak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras
Tekun melaksanakan Dhamma
Itulah Berkah Utama

Selalu menghormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Bersemangat dalam menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibanna
Itulah Berkah Utama

Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan,
Tiada susah, tanapa noda, penuh damai
Itulah Berkah Utama

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga
Itulah Berkah Utama.

Empat Cara Sang Buddha Menjawab Pertanyaan

Sang Buddha berkata kepada Ananda, 'Sehubungan dengan Dhamma, Sang Tathagata bukanlah seorang guru yang merahasiakan sesuatu di dalam genggamannya sendiri.
Tetapi ketika Beliau ditanya oleh Malunkyaputta, Beliau tidak menjawab.
Apakah Beliau tidak menjawab karena ketidaktahuan, ataukah Beliau hendak menyembunyikan sesuatu?

"O baginda, bukan karena ketidaktahuan dan juga bukan karena ingin menyembunyikan sesuatu maka Beliau tidak menjawab. Suatu pertanyaan dapat dijawab dengan satu dari empat cara:
1. secara langsung,
2. dengan analisa,
3. dengan pertanyaan balik, dan
4. dengan mengabaikannya.

"Pertanyaan macam apa yang harus dijawab secara langsung?"
'Apakah materi itu kekal? 
Apakah perasaan tubuh itu kekal? 
Apakah pencerapan itu kekal?'
 
"Dan apa yang harus dijawab dengan analisa?"
'Apakah yang tidak kekal itu materi?'

"Dan apa yang harus dijawab dengan pertanyaan balik?"
'Apakah mata dapat mencerap segala sesuatu?'

"Dan apa yang harus diabaikan?"
'Apakah dunia itu abadi? 
Apakah dunia itu tidak abadi? 
Apakah Sang Tathagata ada setelah kematian? 
Apakah Sang Tathagata tidak ada setelah kematian? 
Apakah jiwa sama dengan tubuh? 
Apakah tubuh itu satu hal dan jiwa itu hal lain?' 
 
Pada pertanyaan-pertanyaan demikianlah Sang Buddha tidak menjawab Malunkyaputta. Tidak ada alasan untuk menjawabnya. Para Buddha tidak berbicara tanpa alasan.

Jumat, 20 Mei 2011

Hilangnya Dhamma Sejati

Sebelum mengajar orang lain, kita harus mempelajari dan memahami empat Nikâya dengan jelas.


Menurut Buddha, mengajarkan yang salah akan menyebabkan hilangnya Dhamma sejati.

Dalam SN 16.13, Buddha menyatakan ada lima penyebab hilangnya Dhamma sejati. Dhamma sejati tidaklah hilang secara mendadak bagaikan kapal yang tenggelam. Hilangnya Dhamma sejati akan terjadi secara bertahap.

Lima hal yang menyebabkan hilangnya Dhamma sejati adalah:
  1. Tidak menghormati Buddha; dengan kata lain, orang-orang menganggap dirinya sebagai Umat Buddha namun tidaklah menghormati Buddha seperti kepada makhluk lainnya.
  2. Tidak menghormati Dhamma, yakni Sutta dari Buddha dalam empat Nikâya.
    Di SN 20.7, Buddha berkata bahwa di masa depan orang-orang tidak ingin mendengarkan dan menguasai khotbah-khotbah Buddha. Mereka lebih senang mendengarkan dan menguasai apa yang diajarkan para siswa, yakni bhikkhu lain, dan ini hanya ‘puisi belaka’, dibandingkan dengan ajaran Buddha. Jadi kita harus berkonsentrasi mempelajari empat Nikâya daripada buku-buku lain!
  3. Tidak menghormati Sangha. Dengan berbagai alasan, umat awam mungkin lalai menjalankan tugas mereka dalam menyokong para bhikkhu sehingga garis silsilah Sangha terputus dan punah.
  4. Tidak menghargai Pelatihan, yakni pelatihan Sîla, Samâdhi, dan Pañña. Orang menyepelekan pelatihan ini dan ada yang bahkan berkata bahwa Sîla dan Samâdhi itu tidak perlu, dan sebagainya.
  5. Tidak menghargai Samâdhi, yakni empat Jhâna. Beberapa orang mengajarkan bahwa Jhâna tidak penting dan tidak diperlukan untuk pencerahan. Ini dengan sendirinya akan menyebabkan hilangnya Dhamma sejati.

sumber : SAMATHA DAN VIPASSANâ - Y.M. Dhammavuòòho Mahâthera