Minggu, 22 Mei 2011

Empat Cara Sang Buddha Menjawab Pertanyaan

Sang Buddha berkata kepada Ananda, 'Sehubungan dengan Dhamma, Sang Tathagata bukanlah seorang guru yang merahasiakan sesuatu di dalam genggamannya sendiri.
Tetapi ketika Beliau ditanya oleh Malunkyaputta, Beliau tidak menjawab.
Apakah Beliau tidak menjawab karena ketidaktahuan, ataukah Beliau hendak menyembunyikan sesuatu?

"O baginda, bukan karena ketidaktahuan dan juga bukan karena ingin menyembunyikan sesuatu maka Beliau tidak menjawab. Suatu pertanyaan dapat dijawab dengan satu dari empat cara:
1. secara langsung,
2. dengan analisa,
3. dengan pertanyaan balik, dan
4. dengan mengabaikannya.

"Pertanyaan macam apa yang harus dijawab secara langsung?"
'Apakah materi itu kekal? 
Apakah perasaan tubuh itu kekal? 
Apakah pencerapan itu kekal?'
 
"Dan apa yang harus dijawab dengan analisa?"
'Apakah yang tidak kekal itu materi?'

"Dan apa yang harus dijawab dengan pertanyaan balik?"
'Apakah mata dapat mencerap segala sesuatu?'

"Dan apa yang harus diabaikan?"
'Apakah dunia itu abadi? 
Apakah dunia itu tidak abadi? 
Apakah Sang Tathagata ada setelah kematian? 
Apakah Sang Tathagata tidak ada setelah kematian? 
Apakah jiwa sama dengan tubuh? 
Apakah tubuh itu satu hal dan jiwa itu hal lain?' 
 
Pada pertanyaan-pertanyaan demikianlah Sang Buddha tidak menjawab Malunkyaputta. Tidak ada alasan untuk menjawabnya. Para Buddha tidak berbicara tanpa alasan.

Jumat, 20 Mei 2011

Hilangnya Dhamma Sejati

Sebelum mengajar orang lain, kita harus mempelajari dan memahami empat Nikâya dengan jelas.


Menurut Buddha, mengajarkan yang salah akan menyebabkan hilangnya Dhamma sejati.

Dalam SN 16.13, Buddha menyatakan ada lima penyebab hilangnya Dhamma sejati. Dhamma sejati tidaklah hilang secara mendadak bagaikan kapal yang tenggelam. Hilangnya Dhamma sejati akan terjadi secara bertahap.

Lima hal yang menyebabkan hilangnya Dhamma sejati adalah:
  1. Tidak menghormati Buddha; dengan kata lain, orang-orang menganggap dirinya sebagai Umat Buddha namun tidaklah menghormati Buddha seperti kepada makhluk lainnya.
  2. Tidak menghormati Dhamma, yakni Sutta dari Buddha dalam empat Nikâya.
    Di SN 20.7, Buddha berkata bahwa di masa depan orang-orang tidak ingin mendengarkan dan menguasai khotbah-khotbah Buddha. Mereka lebih senang mendengarkan dan menguasai apa yang diajarkan para siswa, yakni bhikkhu lain, dan ini hanya ‘puisi belaka’, dibandingkan dengan ajaran Buddha. Jadi kita harus berkonsentrasi mempelajari empat Nikâya daripada buku-buku lain!
  3. Tidak menghormati Sangha. Dengan berbagai alasan, umat awam mungkin lalai menjalankan tugas mereka dalam menyokong para bhikkhu sehingga garis silsilah Sangha terputus dan punah.
  4. Tidak menghargai Pelatihan, yakni pelatihan Sîla, Samâdhi, dan Pañña. Orang menyepelekan pelatihan ini dan ada yang bahkan berkata bahwa Sîla dan Samâdhi itu tidak perlu, dan sebagainya.
  5. Tidak menghargai Samâdhi, yakni empat Jhâna. Beberapa orang mengajarkan bahwa Jhâna tidak penting dan tidak diperlukan untuk pencerahan. Ini dengan sendirinya akan menyebabkan hilangnya Dhamma sejati.

sumber : SAMATHA DAN VIPASSANâ - Y.M. Dhammavuòòho Mahâthera